8 Tahap Pembuatan Kain Lurik Yang Perlu Anda Ketahui, Ternyata ini yang Membuat Harganya Tinggi
8 Tahap Pembuatan Kain Lurik Yang Perlu Anda Ketahui, Ternyata ini yang Membuat Harganya Tinggi
Tahap Pambuatan Kain Lurik – Kain lurik merupakan salah satu jenis kain tradisional yang berasal dari pulau Jawa. Salah satu daerah penghasil lurik adalah Yogyakarta. Lurik merupakan salah satu pakaian khas Yogyakarta selain kain batik. Kata lurik berasal dari bahasa Jawa yaitu “lorek” yang berarti garis-garis.
Kain tenun lurik sendiri telah ada di Jawa sejak lama dan tersebar dibeberapa daerah di Jawa, seperti Yogyakarta, Klaten, atau Solo dan sudah menjadi kerajinan tradisional.

Kain Lurik
Kain lurik tradisional Jawa ini dibuat dengan melewati beberapa proses yang rumit dan membutuhkan kecermatan dan kesabaran dalam membuat. Dalam setiap helai benang yang menjulur panjang penenun menyelipkan ”doa” bagi pemakai lurik.
Sesuai dengan makna sejarah kain tersebut yaitu ”rik” atau disebut dengan ”pagar pelindung”. Peristiwa doa ini tidak terjadi pada saat dibuat oleh mesin. Untuk mengetahui lebih detail proses pembuatan kain lurik tradisional, mari kita lihat proses pembuatannya.
Berikut ini adalah 8 tahapan dalam proses pembuatan kain lurik yang perlu anda ketahui :
1. Proses Pewarnaan
Proses pewarnaan adalah proses memberi warna benang yang akan ditenun. Resep warna dibuat untuk satu pak benang yang terdiri dari 6 ikat terdiri dari 25-26 streng benang atau 2,5 golek. Benang-benang yang akan diwarna disusun dalam stok, satu stok terdiri dari 2 ikat.
Zat pewarna yang digunakan biasanya napthol. Napthol memerlukan bahan bantu lain seperti (TRO/ Turkis Red Oil, kostik soda, tepung kanji dan asam cuka). Cara melakukan pewarnaan benangya yaitu:
- Benang direndam dalam bak yang berisi air dan larutan TRO kurang lebih satu malam, paginya dicuci dan diperas. Resep yang digunakan untuk satu pak benang, napthol 100 gram ditambah kostik soda 8 gram ditambah TRO 8 gram yang dilarutkan dengan air panas, kemudian ditambah air 10 liter air dalam bak I. Garam diazo 200 gram ditambahkan10 liter air dalam bak II.
- Masukkan benang ke bak I kira-kira 10 menit, kemudian diangkat dan diperas lalu dicelupkan ke dalam bak II, rendam kira-kira 10menit, ulangi proses tersebut sampai 4 kali.
- Benang dicuci bersih dan dimasukkan ke dalam bak yang sudah berisi air yang dicampur dengan larutan cuka, cuci bersih dan diperas.
- Benang direbus dalam dandang yang berisi air dan TRO kira-kira 10 menit, kemudian diangkat diperas lalu dicuci ke dalam air yang telah dicampurkan dengan larutan kanji dan seterusnya diperas, diangin-anginkan sebentar. Lalu benang dijemur.
2. Proses Pengelosan
Proses Pengelosan adalah proses memindahkan benang dari bentuk benang streng ke dalam bentuk kelos, dengan menggunakan alat pintal (erek). Tujuannya untuk memperbaiki benang yang masih kurang sempurna, selain itu juga untuk mendapat bentuk gulungan kelosan yang nantinya digunakan untuk proses penyekiran yaitu menyusun benang untuk lungsi.
3. Proses Pemaletan
Proses Pemaletan adalah proses memindahkan benang dari bentuk streng ke dalam keleting sehingga menjadi benang dalam bentuk paletan dengan menggunakan alat pintal (erek). Benang yang dipalet tidak boleh melewati ujung (pucuk) keleting karena dapat mengakibatkan benang dari teropong sukar ditarik atau keluar.
Untuk mempermudah benang keluar dari teropong, konsentrasi susunan benang pada keleting lebih banyak pada bagian tengahnya.
4. Proses Penyekiran (Penghanian)
Sekiran adalah alat untuk menyusun benang lungsi, dalam proses ini motif sudah bisa ditentukan. Proses ini merupakan pekerjaan penggulungan benang dari bentuk kelos ke dalam tambur (bom besar), dalam keadaan sejajar satu sama lain dan membentuk lapisan.
Seluruh benang yang tergulung dan tersusun harus mempunyai ketegangan yang sama, dan apabila ada benang terputus pada saat digulung harus secepatnya disambung agar pada saat penenunan tidak terjadi kelonggaran atau lobang pada kain.
Dalam proses ini dituntut ketelitian dalam memperhatikan jumlah benang tata warna benang dan lancarnya putaran kelos pada sekiran. Sebab kekeliruan pada proses ini akan merepotkan dalam proses penenunan.
Proses ini adalah proses paling rumit, karena seorang penyekir harus menata benang-benang tipis sejumlah 2100 helai benang untuk menghasilkan satu motif tertentu kain lurik selebar 70 cm. Tiap-tiap motif memiliki rumus yang berbeda. padahal motif kain lurik sendiri berjumlah puluhan. Baik motif klasik maupun motif kontemporer.
5. Proses Pengeboman
Proses Pengeboman adalah proses memindahkan benang dari tambur (bom besar) ke dalam bom kecil yaitu bom penggulung benang lungsi. Bom kecil inilah yang nantinya tersimpan pada alat tenun ATBM. Proses ini juga bertujuan agar ketegangan dan kesejajaran benang sama dan seandainya ada kesalahan dalam proses penyekiran dapat diketahui.
6. Proses Penyucukan
Proses Penyucukan adalah proses untuk memasukkan benang-benang lungsi dari bom kecil (benang lungsi sudah dikres pada saat penggulungan dari sekir) satu demi satu benang tersebut dimasukkan pada mata gun yang sesuai dengan rencana tenun, kemudian benang tersebut dimasukkan ke dalam sisir, kemudian ditata, disetel dan digulung pada bom penggulung kain.
Pada bagian ini, harus dilakukan oleh dua orang, yang satu memilah benang satu persatu dan menyerahkannya kepada partnernya, sedangkan partner satunya menerima dan memasangkan pada alat tenunnya.
7. Proses Menenun
Proses Menenun adalah proses menggunakan alat tenun manual atau yang dikenal dengan ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin). Proses penyilangan benang pakan diantara benang lungsi, disesuaikan dengan pola atau desain yang diinginkan, hingga menjadi kain. Keahlian menenun akan mempengaruhi hasil tenunannya, sehingga harus dilakukan secara teliti. Proses penenunan dilakukan melalui beberapa gerakan pokok yaitu:
- Penyetelan sebagai proses awal dari putaran benang melalui pemasangan bom lungsi menuju bom kain dan dilakukan juga pemisahan benang dengan nomor ganjil dengan benang nomor genap.
- Membuka mulut lungsi dikerjakan dengan memisahkan benang-benang lungsi ke dalam mata gun. Mata gun dibagi menjadi dua bagian, bagian yang satu ditarik ke atas dan bagian yang lainnya ditarik ke bawah. Hal ini akan bisa bergerak otomatis apabila dilakukan satu injakan pada alat tenun tersebut.
- Meluncurkan teropong, dimaksudkan untuk menempatkan benang pakan diantara benang lungsi yang telah terbuka, namun di dalam teropong sebelumnya telah diisi dengan benang dalam bentuk paletan. Setiap peluncuran benang pakan selalu diikuti penyilangan-penyilangan benang lungsi.
- Pengentakan sisir bantingan dimaksudkan untuk merapatkan benang pakan dengan cara injakan diinjak, teropong diluncurkan, injakan dilepas dan dilakukan pengentakan.
- Penguluran lungsi dari bom lungsi, mengingat benang lungsi yang menganyam akan semakin tegang, maka benang lungsi perlu dikendorkan agar proses penenunan bisa berlanjut dan sekaligus dilakukan penggulungan kain ke dalam bom penyimpan atau penggulung kain.
8. Proses Finishing
Proses Finishing adalah proses penyempurnaan pada hasil produksi. Meliputi menghilangkan sambungan benang yang terlalu besar pada kain agar menjadi lebih baik, bertujuan meningkatkan kualitas kain dengan sendirinya akan meningkatkan harga jualnya.
Demikianlah informasi tentang tahapan dalam pembuatan kain tradisianal lurik. Seperti yang telah kita ketahui, Proses pembuatan kain tradisional lurik ini memang melalui beberapa tahapan yang cukup rumit dan membutuhkan ketelitian dan kesabaran. Tak heran harga dari lurik ini masih tergolong mahal.
Semoga informasi tersebut dapat bermanfaat untuk kita semua dan dapat menambah wawasan kita tentang seputar kain tenun lurik. Terima kasih.
Tags: beli kain lurik, cara pembutan Kain lurik, harga Kain lurik, Jual Kain lurik, Kain lurik, kain lurik premium, keistimewaan Kain lurik, keunggulan kain lurik, pembuatan kain lurik, penggunaan Kain lurik
8 Tahap Pembuatan Kain Lurik Yang Perlu Anda Ketahui, Ternyata ini yang Membuat Harganya Tinggi
Mengenal Batik Minahasa – Sejarah, Ciri Khas, Ragam Motif Batik Sebagai Representasi Hasil Kearifan Lokal Masyarakat Minahasa Mengenal Batik Minahasa... selengkapnya
Mengenal Batik Trenggalek – Sejarah, Ciri Khas, Ragam Motif Batik Khas Tumbuhan Cengkeh Yang Banyak di Minati Mengenal Batik Trenggalek... selengkapnya
8 Cara Mencuci Kain Tenun Agar Tetap Awet dan Tahan Lama Cara mencuci Kain Tenun – Untuk membuat sebuah kain... selengkapnya
Mengenal Kain Ulos – Sejarah, Keistimewaan, Ragam Motif dan Makna Kain Khas Batak Toba yang Bernilai Seni Tinggi dan Penuh... selengkapnya
Mengenal Batik Pring – Sejarah, Ciri Khas, Ragam Motif Batik Khas Magetan Dengan Motif Bambu yang Melambangkan Persatuan dan Kekuatan... selengkapnya
Peran Kain Dalam Sejarah Perkembangan Peradaban Teknologi Manusia Peran Kain Dalam Peradaban Manusia – Mempelajari sejarah kain dan pakaian adalah... selengkapnya
Mengenal Tenun Insana – Pengertian, Ciri Khas dan Ragam Motif Tenun Khas NTT yang Syarat Makna Nilai Budaya Mengenal tenun... selengkapnya
5 Tips Memilih Kain Lurik Yang Bagus Agar Tetap Awet dan Tahan Lama Tips memilih Kain Lurik – Kain Lurik... selengkapnya
2 Manfaat Kain Goni Untuk Berbagai Kerajinan Yang Punya Nilai Jual Tinggi Manfaat Kain Goni – Kain goni adalah salah... selengkapnya
Mengenal Tenun Troso – Sejarah, Ciri Khas, Ragam Motif Kain Tenun Khas Kota Jepara Dengan Citarasa Modern Mengenal Tenun Troso... selengkapnya
Kain Tenun Rangrang – RR 002 dihasilkan dari hasil tenun manual dengan alat tenun tradisional bukan mesin. sehingga bisa dipastikan… selengkapnya
Rp 100.000 Rp 135.000Kain Tenun Baron Jepara – BR006 Kain Tenun Baron Jepara – BR006 memiliki perpaduan dengan warna ungu dengan hiasan tumpal… selengkapnya
Rp 182.000 Rp 215.000Kain Tenun Endek Bali – ED 010 Kain Tenun Endek Bali – ED 010 memiliki warna dominan biru, Perpaduan antara… selengkapnya
Rp 185.000 Rp 225.000Kain Tenun Endek Bali – ED 003 Kain Tenun Endek Bali – ED 003 memiliki warna dominan hitam, Perpaduan antara… selengkapnya
Rp 185.000 Rp 225.000Tas Tangan Tenun Wanita TTW003 Tas Tangan Tenun Wanita TTW003 ini dibuat dengan bahan Tenun ikat jenis ATBM yang halus… selengkapnya
Rp 150.000 Rp 185.000Kain Tenun Blanket Toraja – BK 007 dihasilkan dari hasil tenun manual dengan alat tenun tradisional bukan mesin (ATBM), bukan… selengkapnya
Rp 120.000 Rp 145.000Perkenalkan koleksi terbaru kami dari jenis tenun lurik yang pastinya akan membuat anda makin jatuh cinta terhadap kain khas jogjakarta… selengkapnya
Rp 140.000 Rp 175.000Kain Tenun Pamiring PMR 004 Kain Tenun Pamiring PMR 004 merupakan kain tenun unggulan yang memiliki keunikan yakni terdapat motif… selengkapnya
Rp 130.000 Rp 170.000Ikat Kepala Tenun IKT001 Ikat kepala tenun merupakan kain tenun memanjang dengan lebar sekitar 10 cm. Ikat Kepala Tenun IKT001… selengkapnya
Rp 20.000 Rp 25.000Kain Tenun Blanket Toraja – BK 011 hadir dengan motif mozaik toraja yang sudah sangat mendunia. Motif yang melekat pada kain… selengkapnya
Rp 120.000 Rp 145.000
Saat ini belum tersedia komentar.